Untuk pertama kalinya, Badan Obat dan Makanan (FDA) Amerika Serikat
membolehkan hewan hasil rekayasa genetika untuk dikonsumsi manusia.
Hewan yang dibolehkan ini adalah ikan salmon hasil rekayasa genetika
yang diproduksi oleh AquaBounty dari Maynard, Massachusetts.
Draf penilaian FDA menyatakan, ikan yang bernama paten AquAdvantage® ini dinilai tidak mengakibatkan risiko bagi alam di masa depan. Setelah masa 60 hari setelah pengumuman, masa untuk komentar publik, barulah ikan ini boleh diternakkan dan dijual.
Penilaian FDA sendiri bertanggal 4 Mei 2012, menunjukkan FDA menyimpan kesimpulan itu rapat-rapat untuk berbulan-bulan. Pendukung kedua belah pihak berspekulasi, ada campur tangan politik tentunya.
"Saya kira ini kontroversial dan terjadi di tahun pemilihan," kata Patty Lovera, asisten direktur di Food and Water Watch, sebuah lembaga swadaya masyarakat di Washington DC yang menolak produk rekayasa genetika.
Sementara juru bicara FDAA, Morgan Liscinsky, menolak berkomentar soal dugaan politik. Menurutnya, sangat mungkin FDA memperpanjang masa penelitian setelah periode komentar publik.
Penundaan bukan kejutan bagi CEO AquaBounty, Ron Stotish, yang perusahaannya telah mengajukan izin ini pada 1995. Ketika diberitahu soal pengumuman FDA ini, dia hampir tak percaya.
"Saya bilang, "saya akan menunggu sampai melihat (suratnya) karena saya telah menerima telepon seperti ini sebelumnya dan ternyata tak terjadi"," katanya.
FDA telah mengkaji 50 riset keselamatan termasuk salah satunya yang menunjukkan salmon rekayasa genetika ini tidak menyebabkan alergi melebihi salmon liar. Salmon ini berasal dari salmon Atlantik yang direkayasa dengan diberi gen salmon Chinook, ikan nila dan ikan trout. Hasilnya, salmon ini bisa tumbuh dua kali lebih cepat dari salmon Atlantik biasa yang butuh tiga tahun untuk layak dijual.
Majalah Nature melaporkan, belum jelas dari mana pendanaan FDA untuk membiayai riset ini karena negara sangat jarang mendukung riset terkait hewan rekayasa genetika.
Di lamannya, AquaBounty menyatakan, salmon ini akan dibesarkan di kolam terpisah untuk menghindari risiko betinanya yang nyaris mandul itu dibuahi salmon liar. AquaBounty juga berjanji tidak menjual ikan ini pada peternak yang tidak memiliki tangki terpisah.
Dan kini, setelah 17 tahun upaya dan US$60 juta yang dihabiskan untuk mendapatkan izin FDA, AquaBounty masih hati-hati. "Kami tidak bodoh mengira proses ini akan tiba-tiba normal pada kami," kata Stotish.
Draf penilaian FDA menyatakan, ikan yang bernama paten AquAdvantage® ini dinilai tidak mengakibatkan risiko bagi alam di masa depan. Setelah masa 60 hari setelah pengumuman, masa untuk komentar publik, barulah ikan ini boleh diternakkan dan dijual.
Penilaian FDA sendiri bertanggal 4 Mei 2012, menunjukkan FDA menyimpan kesimpulan itu rapat-rapat untuk berbulan-bulan. Pendukung kedua belah pihak berspekulasi, ada campur tangan politik tentunya.
"Saya kira ini kontroversial dan terjadi di tahun pemilihan," kata Patty Lovera, asisten direktur di Food and Water Watch, sebuah lembaga swadaya masyarakat di Washington DC yang menolak produk rekayasa genetika.
Sementara juru bicara FDAA, Morgan Liscinsky, menolak berkomentar soal dugaan politik. Menurutnya, sangat mungkin FDA memperpanjang masa penelitian setelah periode komentar publik.
Penundaan bukan kejutan bagi CEO AquaBounty, Ron Stotish, yang perusahaannya telah mengajukan izin ini pada 1995. Ketika diberitahu soal pengumuman FDA ini, dia hampir tak percaya.
"Saya bilang, "saya akan menunggu sampai melihat (suratnya) karena saya telah menerima telepon seperti ini sebelumnya dan ternyata tak terjadi"," katanya.
FDA telah mengkaji 50 riset keselamatan termasuk salah satunya yang menunjukkan salmon rekayasa genetika ini tidak menyebabkan alergi melebihi salmon liar. Salmon ini berasal dari salmon Atlantik yang direkayasa dengan diberi gen salmon Chinook, ikan nila dan ikan trout. Hasilnya, salmon ini bisa tumbuh dua kali lebih cepat dari salmon Atlantik biasa yang butuh tiga tahun untuk layak dijual.
Majalah Nature melaporkan, belum jelas dari mana pendanaan FDA untuk membiayai riset ini karena negara sangat jarang mendukung riset terkait hewan rekayasa genetika.
Di lamannya, AquaBounty menyatakan, salmon ini akan dibesarkan di kolam terpisah untuk menghindari risiko betinanya yang nyaris mandul itu dibuahi salmon liar. AquaBounty juga berjanji tidak menjual ikan ini pada peternak yang tidak memiliki tangki terpisah.
Dan kini, setelah 17 tahun upaya dan US$60 juta yang dihabiskan untuk mendapatkan izin FDA, AquaBounty masih hati-hati. "Kami tidak bodoh mengira proses ini akan tiba-tiba normal pada kami," kata Stotish.
No comments:
Post a Comment