Friday 17 May 2013

Anak Makan Hati Ibu Karena Sakit Hati Tak Disayang


Supardi pelaku pembunuhan ibu kandung. Ilustrasi
Supardi pelaku pembunuhan ibu kandung. Ilustrasi
Untuk motif pembunuhannya, lanjut dia, dari hasil penyelidikan sementara tersangka sakit hati, karena tidak mendapat kasih sayang seperti saudara-saudaranya yang lain.
MESKI sudah diperiksa kejiwaannya di RS Bhayangkara Polda Jawa Timur, polisi masih belum berani menyimpulkan kondisi psikologis si pemakan hati ibunya sendiri, Supardi (26), warga Karangploso 14, Bangkingan Wetan, Surabaya, Jawa Timur.
“Masih terlalu prematur kalau saat ini kita menyimpulkan kondisi kejiwaan tersangka. Kita masih harus menunggu hingga hari Sabtu besok. Tersangka akan dipindah ke ruang observasi tahanan. Jadi sewaktu-waktu bisa didatangi oleh tim dokter untuk mengetahui perkembangan kejiwaannya,” kata Kanit Resmob Polrestabes Surabaya, AKP Agung Pribadi di RS Bhayangkara Polda Jawa Timur, Rabu (15/5).
Untuk motif pembunuhannya, lanjut dia, dari hasil penyelidikan sementara tersangka sakit hati, karena tidak mendapat kasih sayang seperti saudara-saudaranya yang lain.
“Kalau untuk masalah kejiwaannya sendiri, selama dalam proses penyelidikan, tidak ada tanda-tanda mengalami gangguan kejiwaan. Komunikasi tersangka baik-baik saja. Hanya saja, kalau ada orang baru yang menanyai, dia diam. Baru setelah ada komunikasi secara intens dengan orang baru itu, dia komunikasinya kembali lancar,” kata Agung.
Pantauan merdeka.com, tersangka usai menjalani pemeriksaan di ruang psikiatri dr Rony Subagyo, di RS Bhayangkara Polda Jawa Timur sekitar pukul 17.00 WIB lalu dipindah ke ruang observasi RS Bhayangkara Polda Jawa Timur.
“Tersangka akan dipindah ke ruang observasi rumah sakit untuk menjalani pemeriksaan secara intens. Kalau tersangka tetap berada di sini kan lebih enak kalau kita melakukan pemeriksaan sewaktu-waktu masalah perkembangan kejiwaan tersangka,” kata dr Rony Subagya yang juga menjabat sebagai Kepala Subag Pengawasan RS Bhayangkara Polda Jawa Timur.
Sementara itu, beberapa petugas dari Polrestabes Surabaya juga disiagakan di kamar tempat tersangka menginap, dengan tujuan untuk menjaga segala kemungkinan selama tersangka berada di RS Bhayangkara.
Diberitakan sebelumnya, Selasa sekitar pukul 10.00 WIB, warga Bangkingan digegerkan dengan teriakan histeris Muntholib, suami Akhiyah. “Bojoku matek nggak onok ndase (istriku meninggal tak ada kepalanya),” kata Sutadi, salah satu warga menirukan teriakan Munthalib.
Dari hasil penyelidikan polisi, Akhiyah dibunuh oleh anak ketiganya sendiri, Supardi. Tersangka tidak hanya memenggal kepala ibunya, tapi juga menyayat dada sang ibu dan mengambil serta memakan hatinya. Supardi juga menyisahkan sebagian hati Akhiyah yang ditaruhnya dalam rantang plastik. Dan hari ini, untuk mengungkap kondisi kejiwaan tersangka, pihak kepolisian melakukan tes psikologi terhadap tersangka di RS Bhayangkara Polda Jawa Timur. Mrd

No comments:

Post a Comment