Untuk
motif pembunuhannya, lanjut dia, dari hasil penyelidikan sementara
tersangka sakit hati, karena tidak mendapat kasih sayang seperti
saudara-saudaranya yang lain.
MESKI sudah diperiksa
kejiwaannya di RS Bhayangkara Polda Jawa Timur, polisi masih belum
berani menyimpulkan kondisi psikologis si pemakan hati ibunya sendiri,
Supardi (26), warga Karangploso 14, Bangkingan Wetan, Surabaya, Jawa
Timur.
“Masih terlalu prematur kalau
saat ini kita menyimpulkan kondisi kejiwaan tersangka. Kita masih harus
menunggu hingga hari Sabtu besok. Tersangka akan dipindah ke ruang
observasi tahanan. Jadi sewaktu-waktu bisa didatangi oleh tim dokter
untuk mengetahui perkembangan kejiwaannya,” kata Kanit Resmob
Polrestabes Surabaya, AKP Agung Pribadi di RS Bhayangkara Polda Jawa
Timur, Rabu (15/5).
Untuk motif pembunuhannya, lanjut dia, dari hasil penyelidikan
sementara tersangka sakit hati, karena tidak mendapat kasih sayang
seperti saudara-saudaranya yang lain.
“Kalau untuk masalah kejiwaannya sendiri, selama dalam proses
penyelidikan, tidak ada tanda-tanda mengalami gangguan kejiwaan.
Komunikasi tersangka baik-baik saja. Hanya saja, kalau ada orang baru
yang menanyai, dia diam. Baru setelah ada komunikasi secara intens
dengan orang baru itu, dia komunikasinya kembali lancar,” kata Agung.
Pantauan merdeka.com, tersangka usai menjalani pemeriksaan di ruang
psikiatri dr Rony Subagyo, di RS Bhayangkara Polda Jawa Timur sekitar
pukul 17.00 WIB lalu dipindah ke ruang observasi RS Bhayangkara Polda
Jawa Timur.
“Tersangka akan dipindah ke ruang observasi rumah sakit untuk
menjalani pemeriksaan secara intens. Kalau tersangka tetap berada di
sini kan lebih enak kalau kita melakukan pemeriksaan sewaktu-waktu
masalah perkembangan kejiwaan tersangka,” kata dr Rony Subagya yang juga
menjabat sebagai Kepala Subag Pengawasan RS Bhayangkara Polda Jawa
Timur.
Sementara itu, beberapa petugas
dari Polrestabes Surabaya juga disiagakan di kamar tempat tersangka
menginap, dengan tujuan untuk menjaga segala kemungkinan selama
tersangka berada di RS Bhayangkara.
Diberitakan sebelumnya, Selasa
sekitar pukul 10.00 WIB, warga Bangkingan digegerkan dengan teriakan
histeris Muntholib, suami Akhiyah. “Bojoku matek nggak onok ndase
(istriku meninggal tak ada kepalanya),” kata Sutadi, salah satu warga
menirukan teriakan Munthalib.
Dari hasil penyelidikan polisi,
Akhiyah dibunuh oleh anak ketiganya sendiri, Supardi. Tersangka tidak
hanya memenggal kepala ibunya, tapi juga menyayat dada sang ibu dan
mengambil serta memakan hatinya. Supardi juga menyisahkan sebagian hati
Akhiyah yang ditaruhnya dalam rantang plastik. Dan hari ini, untuk
mengungkap kondisi kejiwaan tersangka, pihak kepolisian melakukan tes
psikologi terhadap tersangka di RS Bhayangkara Polda Jawa Timur. Mrd
No comments:
Post a Comment